Minggu, 23 Januari 2011

Nikotin Hanya Perlu 7 Detik Berjalan dari Paru-paru ke Otak

Nikotin merupakan salah satu zat yang dilepaskan ketika seseorang merokok. Ternyata waktu yang dibutuhkan oleh nikotin untuk berjalan dari paru-paru ke otak hanya selama 7 detik saja.

Salah satu obat yang paling banyak disalahgunakan penggunaannya adalah nikotin, yaitu bisa berasal dari merokok atau mengunyah tembakau. Selain itu nikotin juga termasuk salah satu zat yang paling adiktif dibandingkan dengan obat-obatan lain.

Seperti dikutip dari BBCNews, Rabu (8/12/2010) perjalanan nikotin dari paru-paru ke otak terbilang sangat cepat yaitu hanya 7 detik saja. Setelah sampai di otak nikotin akan merangsang pelepasan dopamin, yaitu suatu neurotransmitter penting yang terlibat dalam suasana hati (mood), selera makan dan fungsi otak lainnya.

Ketika seseorang merokok, maka nikotin akan masuk dan mulai menumpuk di dalam tubuh. Lama kelamaan seseorang akan terbiasa dengan nikotin dan jika ia tidak mendapatkan jumlah yang sama maka tubuh akan meminta lebih. Dan biasanya jumlah nikotin yang masuk akan semakin besar atau meningkat.

Pengguna nikotin bisa dengan cepat menjadi ketergantungan, karena hanya dibutuhkan sedikit rokok untuk bisa membuat seseorang memiliki kecanduan. Jika seseorang tiba-tiba berhenti merokok, maka ia akan mengalami efek balikan (withdrawal effect) seperti cemas dan perubahan suasana hati.

Salah satu hal yang tak bisa dipungkiri adalah kecanduan nikotin biasanya dimulai sejak seseorang mencoba-coba atau bereksperimen dengan rokok selama setahun. Dalam banyak kasus kondisi ini terkadang sudah dimulai sejak seseorang masih bersekolah atau berusia 13-14 tahun.

Sebagai obat murni, nikotin hanya memiliki sedikit efek buruk bagi kesehatan fisik seseorang. Tapi zat-zat kimia lain yang terdapat di dalam rokok dan bergabung dengan nikotin inilah yang bisa menimbulkan banyak kerusakan bagi tubuh. Karena ketika sebuah rokok dibakar dan dihisap, maka ada ratusan senyawa kimia yang dihasilkan dan berisiko besar terhadap kesehatan.

Nikotin awalnya ditemukan oleh duta besar Prancis, Jean Nicot pada pertengahan abad XIV. Saat itu masyarakat mempercayai nikotin sebagai obat. Setengah abad kemudian baru diketahui bahaya dari nikotin bagi tubuh, namun hanya beberapa orang saja yang mampu berkata tidak terhadap nikotin.

source: detikhealth

Rabu, 12 Januari 2011

PEMBANGUNAN KESEHATAN BERGESER DARI MEDICAL CARE KE HEALTH CARE

Hal yang mendasar dalam pembangunan kesehatan saat ini adalah pergeseran dari pelayanan medis (medical care) ke pemeliharaan kesehatan (health care) sehingga setiap upaya penanggulangan masalah kesehatan lebih menonjolkan aspek peningkatan (promotive) dan pencegahan (preventive); pergeseran dari pemerintah ke swasta dan penekanan pada aspek mutu pelayanan.
Hal tersebut disampaikan Menteri Kesehatan, dr. Endang Rahayu Sedyaningsih, MPH, Dr.PH yang dibacakan oleh Direktur Jenderal Bina Pelayanan Medik, dr. Supriyantoro, Sp.P, MARS pada Peringatan HUT ke- 51 Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Sanglah Denpasar, Kamis 30 Desember 2010. Dalam acara tersebut juga hadir Kepala Pusat Komunikasi Publik, drg. Tritarayati, SH.

”Tantangan dan permasalahan pembangunan kesehatan kedepan bertambah berat, kompleks, bahkan terkadang tidak terduga. Beberapa isu pelayanan kesehatan yang terangkat dan telah membentuk pola pikir masyarakat adalah fasilitas pelayanan kesehatan rujukan yang belum memenuhi standar, pelayanan yang kurang profesional, belum optimalnya penerapan standar mutu pelayanan kesehatan rujukan, dan pembiayaan kesehatan yang sulit dijangkau”, ujar Menkes.

Sedangkan, tantangan pelayanan kesehatan kedepan adalah globalisasi (pelayanan kesehatan yang melampaui batas negara), teknologi kesehatan yang semakin maju, dan kompetisi dari tenaga kesehatan asing. Untuk mengatasi hal itu harus diupayakan melalui pemenuhan kualitas dan kuantitas SDM Rumah Sakit yang memadai.

Waspada Jantung Sejak Remaja

Meski saat usia paruh baya atau bisa jadi lebih tua penyakit jantung koroner (PJK) menyerang seseorang, sejak usia dini tepatnya saat remaja kita harus waspada. Karena ternyata tak hanya pola hidup tak sehat saja yang menyebabkannya, melainkan juga faktor genetik.

"Memang pasien PJK karena faktor genetik jarang ditemui," kata Dr. Pauline Endang Praptini M.S spesialis gizi klinis dari R.S. Fatmawati Jakarta, Jumat (22/5). Meski begitu, bukan berarti kita tidak mengindahkannya. Jika ada salah satu anggota keluarga yang terkena penyakit ini maka kemungkinan keturunannya juga terkena. "Namun untuk prevalensinya belum diketahui," katanya.

Risiko PJK termasuk tinggi bila kita mengidap kolesterol tinggi, diabetes, hipertensi, kegemukan, dan gemar merokok. "Kemungkinan seseorang terkena PJK semakin tinggi ketika ia tidak hanya memiliki satu faktor risiko. Misalnya, seseorang sudah obesitas masih merokok pula. Ini sangat berbahaya," tutur Pauline.

Karena itu perhatikan agar pola hidup tak sehat seperti gemar mengonsumsi makanan berlemak tinggi seperti jeroan, terutama yang berasal dari hewan berkaki empat, mengonsumsi lemak jenuh seperti terdapat dalam santan kental dan makanan yang digoreng dengan minyak sayur jelantah, konsumsi mentega yang tergolong lemak trans ini dan segera hentikan .

9 Kebiasaan Menyegarkan Otak

Latih otak dengan cara sederhana berikut ini untuk pertajam daya ingat.
Rasa jenuh dengan aktivitas sama setiap harinya dapat menimbulkan depresi. Kebosanan ini juga bisa membuat otak Anda merasa 'kurang tertantang'. Jika Anda sering mengalami hal ini, jangan diam saja. Lakukan latihan berikut ini yang bisa membuat Anda seperti memiliki otak 'baru'.

Dorothea Brande, penulis dan editor asal Amerika Serikat yang terkenal dengan bukunya "Wake Up and Live and Becoming a Writer", menyarankan beberapa latihan mental untuk membuat pikiran Anda jadi lebih tajam. Latihan-latihan dimaksudkan untuk menarik Anda keluar dari kebiasaan dan rutinitas, memberikan Anda perspektif berbeda, serta menempatkan Anda dalam situasi yang membutuhkan akal serta kreativitas dalam memecahkan masalah.

Brande percaya, hanya dengan melakukan pengujian dan peregangan sendiri Anda mengembangkan kekuatan mental. Berikut sembilan latihan yang disarankan oleh Brande yang bisa Anda coba, seperti dikutip dari Divine Caroline.

1. Habiskan satu jam setiap harinya dengan tidak berkata apa-apa. Kecuali, untuk menjawab pertanyaan secara langsung, di tengah-tengah kelompok, tanpa menimbulkan kesan bahwa Anda merajuk atau sakit. Cobalah bersikap sebiasa mungkin.

2. Berpikirlan selama 30 menit setiap hari tentang satu subjek. Mulailah dengan berpikir dalam lima menit jika 30 menit terlalu lama.

3. Berbicaralah selama 15 menit per hari tanpa menggunakan kata "Aku", "Saya", dan  "Milik saya".

4. Cobalah untuk diam di tengah keramaian

5. Lakukan kontak dengan orang baru dan biarkan ia menceritakan banyak hal soal dirinya tanpa ia menyadari.

6. Ceritakan secara eksklusif tentang diri sendiri dan kesenangan Anda tanpa mengeluh, membual atau membuat bosan teman Anda.

7. Buat rencana selama dua jam per hari dan lakukan rencana itu dengan konsekuen.

8. Buatlah 12 kegiatan yang dilakukan secara acak dan spontan. Misalnya, sepulang mendatangi tempat makan yang belum pernah dikunjungi sebelumnya lalu pulang bukan dengan naik taksi tetapi ojek. Atau, biasanya pada pagi hari Anda minum kopi, minumlah air putih atau jus. Usahakan kegiatan tersebut berbeda dari rutinitas Anda.

9. Dari waktu ke waktu, luangkan setiap harinya menjawab "Ya" untuk setiap permintaan orang lain, tapi tentunya yang masuk akal.
• VIVAnews

Saatnya Bungkus Rokok Bergambar Bahaya Merokok

Peringatan Kesehatan berbentuk gambar adalah bentuk informasi dan edukasi kesehatan tentang dampak produk yang dikonsumsi, yang menjadi kewajiban pemerintah untuk melindungi warganya.
Peringatan kesehatan di bungkus rokok bukan hal yang bari bagi Indonesia dan telah diterapkan dalam bentuk tulisan sejak tahun 1999 melalui PP No. 8/1999 tentang Pengamanan Rokok bagi Kesehatan.
Sesungguhnya pemerintah memberikan informasi tertulis terbukti tidak efektif, Studi PPK UI tahun 2007 menunjukkan sebanyak 43% masyarakat tidak memperdulikan isi peringatan, karena tidak terbukti 26%, tidak termotivasi berhenti merokok 20%, mengatakan tulisan terlalu kecil dan tidak terbaca.
Perokok remaja usia 15-19 tahun meningkat 150% selama periode tahun 2001-2007 walaupun telah diberi peringatan kesehatan secara tertulis, bahkan perokok usia 10 – 14 tahun naik hampir dua kali lipat selama periode yang sama. Dampak sosial yang yang harus dibayar cukup tinggi ketika sebuah generasi dibiarkan kecanduan rokok.
Seminar “PERINGATAN KESEHATAN BERBENTUK GAMBAR- di Hotel Grand Melia, 11 Januarai 2011 Mendorong Kemandirian untuk Hidup Sehat”-adalah kerjasama Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI) dengan South East Asean Tobacco Control Asosiation (SEATCA) dalam rangka memaparkan kisah sukses beberapa negara ASEAN dalam menerapkan kebijakan Pictorial Health Warning (PWH) di negaranya - demikian disampaikan oleh Bambang Wispriyono, PHD sebagai Dekan FKM UI.
Seminar dibuka oleh Dr. Emil Agustiono, M.Kes (Deputy Bidang Koordinasi Kependudukan, Kesehatan dan Lingkungan Hidup, Kantor Menko Kesra dan penyajian utama : “Peringatan kesehatan bergambar bentuk pendidikan masyarakat yang murah dan efektif” oleh Prof. Dr. Tjandra Yoga Aditama.
Mengapa perlu Peringatan Kesehatan Berbentuk Gambar di bungkus rokok?
Dr. Domilyn C. Vilarreiz dari SEATCA mengungkapkan bahwa kemasan rokok telah dibuat sedemikian rupa menariknya untuk dapat menjadi iklan berjalan bagi rokok tersebut. Peringatan hanya dalam bentuk tulisan saja ternyata tidak dapat memberikan efek jera bagi para perokok sehingga dibentuklah kebijakan bersama pemerintah untuk meletakan gambar yang bersifat jera pada bungkus rokok tersebut. Gambar penyakit akibat merokok yang menyeramkan diletakkan dengan komposisi 50% atau lebih di bagian atas bungkus rokok secara bolak balik. Diharapkan dengan adanya komunikasi visual yang menyeramkan, dapat menjadi shock therapi bagi para perokok sehingga bungkus rokok bukan lagi kebanggaan bagi mereka.
Sementara itu dr. Anie Rahman dan dr. Zariah Zain dari Kementerian Kesehatan Brunei Darussalam dan Malaysia menceritakan kisah sukses mereka menerapkan kebijakan Pictorial Health Warning pada bungkus rokok di negara mereka. Satu hal yang dapat diambil dari kisah sukses di kedua negara itu adalah komitmen di level tinggi negara untuk dapat menyelamatkan bangsa dari bahaya tembakau.
Terakhir Prof.dr. Harkristuti Harkrisnowo,SH, MA, Direktur Jenderal Hak Azasi Manusia Kementerian Hukum dan HAM, memaparkan keberpihakan Kementerian Hukum dan HAM pada Hak-hak Kesehatan para perokok pasif. Diharapkan bahwa untuk menegakan hak-hak kesehatan tersebut perlu didukukng lobi yang kuat di jajaran DPR, Partai Politik dan Kementerian.
Sebagai kunci penutup, disepakati oleh peserta seminar bahwa sudah saatnya Indonesia menerapkan Peringatan Kesehatan Berbentuk Gambar pda bungkus rokok yang dijual di Indonesia.

Promosi Kesehatan dan Edukasi bahaya Merokok
Dengan dukungan media cetak, elektronik dan edukasi, sebenarnya Promosi Kesehatan telah mengambil langkah-langkah dengan membentuk pedoman Kawasan Tanpa Rokok, Iklan Layanan Masyarakat tentang bahaya Merokok dan beberapa media cetak dengan informasi yang sepadan tentang bahaya Merokok pada masyarakat.(tio)

Sumber : Pusat Promosi Kesehatan