Minggu, 21 Agustus 2011

Puasa dan Kesehatan Jiwa


”Barangsiapa yang dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, maka itulah yang lebih baik baginya. Dan berpuasa lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.” (QS 2: 184)
Ayat di atas jelas mengajak kita untuk merenung dan berpikir mengapa ibadah puasa baik bagi kita? Menjalankan ibadah puasa bukan sekadar melaksanakan kewajiban kita terhadap perintah Allah SWT. Lebih dari itu, menjalankan ibadah puasa juga membawa implikasi besar bagi sisi kejiwaan sang pelaku.
Alan Cott dalam buku berjudul Fasting as a Way of Life dan Fasting the Ultimate Diet mengatakan bahwa gangguan kejiwaaan seperti susah tidur, cemas yang berlebihan, gelisah dan resah tanpa alasan, dapat direduksi dengan melakukan terapi puasa. Hal ini ia buktikan melalui sebuah penelitian di Rumah Sakit Grace Square, New York, Amerika Serikat.
Jauh sebelumnya, Rasulullah sendiri menyatakan bahwa puasa itu menyehatkan; “berpuasalah, niscaya kamu akan sehat (shumu tashihhu). Hasil penelitian Alan Cott tersebut menjadi landasan ilmiah atas sabda Rasulullah beberapa abad sebelumnya. Bahkan dalam tradisi kedokteran puasa menjadi salah satu sarana dalam proses pengobatan pasien.
Sayangnya, sebagian besar dari kita belum memahami arti hakiki ibadah puasa tersebut. Kita seringkali mengartikan ibadah puasa sebatas pada menahan rasa lapar dan dahaga dari terbit fajar hingga terbenam matahari. Jika kita telaah lebih dalam inti dari puasa adalah pengendalian diri. Mampu mengendalikan diri merupakan ciri utama dari orang yang memiliki jiwa sehat. Rasulullah Saw bersabda, ”Puasa itu bukanlah sekadar menahan diri dari makan dan minum, akan tetapi sesungguhnya puasa itu ialah mencegah diri dari segala perbuatan yang sia-sia serta menjauhi perbuatan-perbuatan yang kotor dan keji.” (HR Al Hakim)
Hadis di atas hendak menegaskan bahwa jika dilakukan dengan sungguh-sungguh ibadah puasa akan dapat mencegah seseorang untuk melakukan perbuatan keji dan mungkar. Puasa menjadi ajang latihan jiwa agar semakin matang dan tegar dalam menghadapi berbagai kendala, godaan, dan tantangan kehidupan yang tidak jarang mengantarkan hidup seseorang pada jurang kehinaan. Dengan menjadikan ibadah puasa sebagai sarana latihan pengendalian diri seyogyanya kita dapat meningkatkan kualitas keimanan dan ketakwaan kita agar memiliki kekuatan untuk melawan berbagai godaan hawa nafsu yang bukan tidak mungkin dapat berujung pada perbuatan keji dan mungkar.
Dengan berpuasa orang akan terbebas dari beban rasa bersalah dan berdosa karena perbuatan di masa lalu sebagaimana hadis Rasulullah Saw, ”Barang siapa yang telah menjalankan ibadah puasa dengan sempurna serta ikhlas karena Allah semata, maka Allah mengampuni dosa-dosa tahun sebelumnya.” (HR Bukhari Muslim)
Rasa bersalah dan berdosa merupakan beban mental yang tidak baik bagi kesehatan jiwa, karena dapat membawa manusia jatuh pada keadaan stres, cemas, depresi, dan gangguan-gangguan jiwa lain. Selain itu, ibadah puasa melatih diri kita untuk tidak memenuhi kebutuhan pokok jasmani pada waktu yang biasa. Tentu bukan perkara mudah untuk melakukan hal itu. Namun, ketidakmudahan ini akan melatih kita untuk lebih tegar dalam menghadapi persoalan hidup. Ketika kita mampu mengatasi berbagai desakan kebutuhan pokok jasmani, maka secara perlahan-lahan persoalan kebutuhan jiwa akan dapat kita kendalikan pula dengan baik. Singkat kata, ibadah puasa dapat menjadi sarana detoksifikasi jiwa.
Betapa agungnya engkau wahai bulan Ramadhan yang di dalamnya terkandung kewajiban puasa! Jika seluruh penduduk bumi mampu mengenalmu dengan sebenar-benarnya, mungkin mereka akan menyebutmu sebagai bulan revolusi jiwa.***
Sumber : Kompasiana

Selasa, 09 Agustus 2011

Tips Makan Sehat Saat Lebaran

Setelah menjalankan puasa selama sebulan penuh, kini saatnya umat muslim merayakan hari kemenangan. Hari raya lebaran biasanya identik dengan makanan-makanan yang bersantan dan berlemak yang bisa memicu penyakit tertentu. Bagaimana agar bisa tetap sehat selama merayakan hari kemenangan?

Pada saat lebaran masyarakat banyak makanan seperti opor ayam, rendang, gulai, sambal goreng ati dan makanan berlemak lainnya. Makanan tersebut biasanya mengandung kolesterol yang tinggi. Untuk itu sangat penting mangatur pola makannya, agar tidak mengganggu perayaan kemenangan lebaran.

Masyarakat harus tahu apakah asupan makannya sudah seimbang atau belum. Dengan komposisi karbohidrat sekitar 55 sampai 65 persen dari asupan kalori total, asupan lemak sekitar kurang dari 30 persen dari asupan kalori total dan asupan protein sekitar 10 sampai 20 persen dari asupan kalori total.

Berikut beberapa tips agar tetap sehat saat mengonsumsi makanan lebaran:
  1. Makan tetap teratur jadwalnya serta selalu tidak mengambil porsi yang terlalu besar setiap kali makan. Jadwalnya makan pagi sesudah shalat, selingan pagi, makan siang, selingan sore dan makan malam. Semuanya dengan porsi seperti hari-hari biasa.
  2. Konsumsi makanan dengan komposisi zat gizi yang seimbang, yaitu lebih banyak sumber karbohidrat kompleks (nasi atau ketupat), sedikit lemak dan protein (opor, gulai) serta sedikit sekali gula, minyak dan garam termasuk kue-kue yang manis.
  3. Setiap kali makan harus terdiri dari berbagai jenis makanan termasuk sayur dan buah. Dan jangan setiap kali makan hanya mengambil makanan yang disukai saja atau yang enak rasanya.
  4. Selalu ingat bahwa makanan yang kaya kandungan lemak akan memberikan asupan kalori yang paling besar.

Untuk mengurangi efek terlalu banyak mengonsumsi makanan berlemak, usahakan mengurangi makanan yang manis-manis ataupun gorengan dan sebaiknya lebih memilih sayur dan buah saja,

Jadi, makanan berlemak dan bersantan bukan menjadi halangan dalam merayakan hari kemenangan asalkan porsinya tidak berlebihan. Dan Anda tetap sehat untuk bisa bersilaturahmi ke rumah sanak saudara.    

Kamis, 04 Agustus 2011

SAATNYA LAWAN HEPATITIS

Lebih dari 2 milyar penduduk dunia terinfeksi virus Hepatitis B dan 400 juta orang diantaranya menjadi pengidap kronis. Jumlah penderita Hepatitis C di dunia diperkirakan mencapai 170 juta orang. Sementara hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007 menunjukkan dari 10.391 serum yang diperiksa, prevalensi HBsAg positif 9.4% yang berarti diantara 10 penduduk di Indonesia terdapat seorang penderita.

Demikian sambutan Menkes dr. Endang Rahayu Sedyaningsih, MPH, Dr. PH saat membuka Seminar Hepatitis di Kantor Kemkes, Jakarta (28/07). Acara ini diselenggarakan dalam rangka memperingati Hari Hepatitis Sedunia tahun 2011 yang bertema ”Saatnya Lawan Hepatitis” dengan subtema ”Ketahui, Cegah dan Obati - Hepatitis penyebab kanker hati, dapat menyerang siapa saja”. Tema dan sub tema ini relevan dengan fokus Pembangunan Kesehatan periode 2010 – 2014 antara lain menitik-beratkan pada upaya meningkatkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat, dan menurunkan angka  kesakitan dan kematian akibat penyakit menular.  

Menkes menegaskan, Hepatitis merupakan penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I). Sejak tahun 1997, imunisasi Hepatitis B mulai dilakukan di Indonesia mencakup pemberian imunisasi pada bayi baru lahir atau birth dose menggunakan prefilled injection device.

Menurut Menkes, imunisasi Hepatitis B merupakan awal dimulainya upaya pengendalian Hepatitis di Indonesia. Selain imunisasi, peningkatan upaya pengendalian tersebut juga dilakukan dengan berbagai cara yaitu: Promosi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS); Penapisan darah donor oleh Palang Merah Indonesia (PMI); dan Pengembangan jejaring surveilans epidemiologi Hepatitis. Di samping itu, perlu dilakukan pengkajian terhadap upaya-upaya inovatif seperti imunisasi pada remaja dan dewasa, deteksi dini, dan pengobatan untuk mencegah sirosis hepatis serta kanker hati.

”Keberhasilan Pengendalian Hepatitis sangat ditentukan oleh dukungan semua pihak, meliputi dukungan jajaran lintas sektor pemerintah di pusat dan daerah, organisasi kemasyarakatan, serta dukungan seluruh lapisan masyarakat, termasuk kepedulian masyarakat tentang cara pencegahan, penularan, serta bahaya penyakit Hepatitis yang harus ditingkatkan”, tegas Menkes.

Seminar dihadiri pejabat eselon I dan II di lingkungan Kemkes, Kemdagri, Kemhub, Kemnakertrans, Kembudpar, Kemdiknas, Kemenag, serta Kementerian PP & PA, Direktur RS, akademisi, organisasi profesi, dan LSM.

Sejumlah topik yang disampaikan dalam seminar diantaranya Pengembangan Program Pengendalian Hepatitis di Indonesia oleh Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Prof.dr. Tjandra Yoga Aditama, Penemuan kasus secara dini dengan skrining oleh dr. Rino A.Gani, SpPD-KGEH, FINASIM

Sejak tahun 2010 Hari Hepatitis Sedunia diperingati setiap tanggal 28 Juli. Tanggal ini merupakan tanggal kelahiran Dr. Baruch S. Blumberg yang menemukan virus Hepatitis B (1965) dan mengembangkan vaksin Hepatitis B serta mendapatkan hadiah Nobel untuk penemuannya tersebut (1976).

Berita ini disiarkan oleh Pusat Komunikasi Publik, Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi melalui nomor telepon: (021) 52907416-9, faksimili: (021)52960661, Pusat Tanggap Respon Cepat (PTRC): 021-500567, atau alamat e-mail kontak@depkes.go.id,

Selasa, 02 Agustus 2011

Langsing Sehat Berkat Puasa

Puasa juga bermanfaat menurunkan kolesterol, tekanan darah tinggi, dan membuang racun.

Puasa adalah ibadah yang menyenangkan bagi wanita. Dengan berpuasa, tubuh dapat terlihat lebih langsing. Ibadah jalan, tubuh pun lebih ampuh membuang lemak-lemak menumpuk.

Tak hanya bisa membuat tubuh lebih langsing, puasa juga bermanfaat untuk menurunkan kolesterol, menurunkan tekanan darah tinggi, dan mencegah gangguan lain di dalam tubuh.

Bahkan, berfungsi sebagai detoksifikasi karena saat puasa sistem pencernaan istirahat sehingga tubuh dapat melakukan pembersihan racun yang menumpuk.

Namun, semua itu harus dilakukan dengan puasa yang benar. Berikut tips mengatur pola makan untuk puasa yang baik
selama bulan Ramadan:

1. Atur pola makanSelalu konsumsi makanan bergizi baik pada saat sahur dan berbuka. Konsumsilah makanan-makanan yang bergizi lengkap seperti karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral. Untuk menghindari kelaparan, konsumsilah makanan yang kaya akan serat seperti sayuran dan buah. Hindari balas dendam makan tanpa aturan saat buka puasa.

2. Atur ritme dietPerubahan waktu makan adalah isu terpenting ketika puasa. Biasanya, kita dapat makan sebanyak tiga kali sehari. Ketika Ramadan, kita hanya dapat menyantap makanan pada sahur dan berbuka dengan rentang waktu sekitar 14 jam. Dalam rentang waktu tersebut, asupan makanan dan cairan pun terbatas.

Pada saat berbuka, biasanya kita akan dengan mudah kenyang hanya dengan minum banyak air. Kita pun harus membuat jeda untuk makanan berat, karena itu ada tajilan untuk mengganjal lapar. Sementara saat sahur, jagalah asupan nutrisi dan cairan pada tubuh agar tetap fit dan kuat menjalankan puasa sehari penuh.

3. Tetap olahraga
Untuk mendukung program diet Anda selama puasa, jangan lupa untuk melakukan olahraga. Waktu yang tepat untuk melakukannya adalah 1-2 jam sebelum berbuka. Hindari olahraga yang terlalu berat. Mungkin Anda bisa melakukan jalan santai di sekitar lingkungan rumah.

4. Jangan tidur setelah sahurTubuh membutuhkan waktu untuk mencerna makanan yang kita santap pada saat sahur. Setidaknya beri jeda 30 menit bagi tubuh setelah makan. Tidur setelah sahur tidak dianjurkan karena akan mengganggu proses metebolisme tubuh.

5. Jauhi minuman dingin dan berkadar gula tinggiKetika berbuka, hindari minuman dingin dan berkadar gula tinggi. Biasakan untuk berbuka dengan air hangat. Air yang dingin hanya akan membuat perut kembung karena asam lambung dalam tubuh akan meningkat.

Hindari juga minuman yang terlampau manis karena memicu produksi insulin berlebih. Sebagai penggantinya Anda dapat mengonsumsi air kelapa tanpa pemanis karena kadar gula di dalamnya dapat meningkatkan gula darah dengan cepat tanpa merangsang produksi insulin.

6. Jangan makan besar saat berbuka Berbukalah dengan makanan ringan sehingga lambung tidak kaget. Jika Anda langsung berbuka dengan makanan berat, pencernaan Anda akan kaget karena harus langsung bekerja mencerna makanan setelah sebelumnya beristirahat bekerja sepanjang hari. Biasakan juga mengunyah makanan dengan baik karena dapat meringankan kerja pencernaan. (umi)

 

5 Bahan Alami Pengontrol Gula Darah

Mulai pare, lidah buaya, hingga daun mangga. Simak cara membuatnya!

Menjaga kadar gula darah agar tetap stabil bagi sebagian orang adalah hal sulit. Terutama, bagi mereka yang mengalami penyakit diabetes. Demi mengontrol gula darah, mengonsumsi obat adalah hal yang biasa dilakukan.

Sebenarnya ada cara lain yang bisa Anda lakukan. Yaitu mengonsumsi makanan berikut, yang diketahui dapat menurunkan kadar gula dalam darah, seperti dilansir dari Idiva.com.

1. Pare

"Jika Anda mengalami diabetes tipe 2, Anda harus minum jus pare setiap hari. Mengonsumsi buah pahit ini dapat mengurangi kadar gula dalam darah. "Baiknya diminum pagi hari," kata dr T Devarajan dari rumah sakit Apollo, di Chennai, India.

2. Fenugreek
Dibandingkan pare, rasa pahit fenugreek memang lebih rendah. Tetapi memiliki efek sama sebagai penurun kadar gula dalam darah. Anda bisa menambahkan daun atau biji fenugreek dalam masakan.

Bisa juga meminum air bekas rendamannya. "Dianjurkan merendam satu sendok teh biji fenugreek dalam segelas air selama semalam. Saring, lalu minum airnya pada pagi hari," kata dr Deepali Shastri, ahli pengobatan Ayurveda asal Mumbai.

3. Aloe Vera
Gel tanaman yang populer dengan sebutan lidah buaya ini sudah lama diandalkan sebagai obat diabetes. "Campur setengah sendok teh daun salam yang telah dihancurkan, setengah sendok teh kunyit bubuk dan satu sendok teh alovera," kata dr Deepali.

Aduk campuran itu hingga rata dan konsumsi saat makan siang dan makan malam untuk membantu mengontrol gula darah.

4. Daun basil
"Ambil segenggam daun basil, lalu hancurkan. Campur daun yang telah dihancurkan dengan segelas air. Saring, lalu minum pada pagi hari," kata dr Deepali.

5. Daun mangga

Daun mangga juga bermanfaat untuk mengontrol kadar gula dalam darah. Siapkan tiga hingga empat lembar daun mangga yang sudah dibersihkan. Diamkan selama satu malam dalam rendaman air, dan minum esok harinya.

5 Buah Penangkal Dehidrasi

Dehidrasi bisa dicegah dengan mengonsumsi buah dengan kandungan air tinggi.

Salah satu masalah kesehatan yang sering dialami orang berpuasa adalah dehidrasi. Hal ini bisa terjadi karena kurangnya memenuhi asupan cairan baik saat berbuka puasa maupun sahur. Untuk mencegahnya, Anda memang harus memperbanyak konsumsi cairan.

Bukan hanya dengan minum air putih, Anda juga bisa mengonsumsi buah yang mengandung banyak air. Sertakan saja lima buah berikut dalam menu sahur dan berbuka, agar Anda terhindar dari dehidrasi.

1. Semangka

Seperti dilansir Shape, penelitian yang dilakukan pada 2009 oleh tim dari University of Aberdeen Medical School menemukan bahwa kombinasi garam, mineral dan gula alami pada sayur dan buah dapat memenuhi cairan tubuh. Bahkan, lebih efektif daripada minum air putih atau sports drink.
Semangka berada di peringkat pertama, karena kandungan airnya mencapai 92 persen. Selain itu juga mengandung kalsium, magnesium potasium dan sodium, mineral penting bagi tubuh.

2. Paprika
Untuk buah yang satu ini, Anda bisa menjadikannya jus atau campuran masakan. Kandungan airnya mendekati semangka, yaitu 90 persen. Nutrisinya juga tidak kalah, karena mengandung vitamin C, thiamin, vitamin B6, beta karoten, dan asam folat.

3. Grapefruit
Menurut penelitian yang dilakukan tim dari Scripps Clinic di California, kandung zat kimia alami yang terdapat pada grapefruit dapat menurunkan level insulin dan mengontrol hasrat makan. Kandungan airnya juga sangat tinggi. Anda bisa menambahkan irisan grapefruit pada air putih atau menikmatinya dalam bentuk jus. 

4. Terong
Kandungan serat dan air pada terong sangat tinggi, tetapi kalorinya rendah. Ada keuntungan lain yang bisa didapatkan jika Anda mengonsumsi terong, yaitu tubuh lebih langsing karena bisa membantu menurunkan berat badan.

5. Kiwi

Kesegaran kiwi memang bisa langsung meredakan dahaga, apalagi dinikmati dalam keadaan dingin. Kandungan air dalam buah kiwi juga tinggi. Vitamin C pada kiwi lebih banyak 20 persen dibandingkan jeruk dan kandungan kalorinya  hanya 56 kalori.

Selasa, 19 Juli 2011

Anak Indonesia Harus Berperilaku Hidup Bersih dan Sehat

Itulah pesan dari ibu Menkes kepada anak - anak Indonesia pada acara Festival Anak Indonesia di Lapangan Monas 16 - 17 Juli 2011. Tahun ini Kementerian Kesehatan menjadi ketua panitia Hari Anak Nsional.


Festival ini adalah rangkaian dari Peringatan Hari Anak Nasional Tahun 2011 yang diperingati setiap tanggal 23 Juli dengan tema "Anak Indonesia Sehat, Kreatif dan Berakhlak Mulia". Festival ini diikuti lebih dari 5000 anak - anak, yang berisi banyak aneka permainan, menanam obat - obatan tradisional, hiburan yang edukatif, konseling bersama orangtua dan sebagaianya.(bgs)




 

Anak Indonesia Selalu Ceria

   

Ibu Menkes Melepas Anak - Anak Indonesia bersepeda sehat



Anak Indonesia Membuat Rekor Muri Menanam Obat Tradisional untuk Jamu





Anak - Anak Indonesia Mengikuti Lomba Menggambar





Antusias Anak Indonesia untuk Mendapatkan Informasi Kesehatan

Rabu, 04 Mei 2011

Jus Buah Lebih Efektif Cegah Sakit Jantung

MENGONSUMSI buah-buahan memang sangat bermanfaat bagi kesehatan termasuk mencegah penyakit pembuluh darah dan jantung. Namun riset terbaru mengindikasikan, mengonsumsinya dalam bentuk jus atau sari buah, ternyata memberi khasiat lebih besar ketimbang memakannya dalam bentuk utuh.
Dr. Kelly Decorde dari Universitas Montpellier Prancis dan timnya melaporkan penelitian yang untuk pertamakalinya membuktikan bahwa mengolah buah menjadi jus atau sari buah berdampak penting bagi kesehatan. Selama ini, kata Decorde, masyarakat mengonsumsi buah dalam bentuk olahan seperti jus, namun informasi mengenai komposisi nutrisinya hanya terbatas pada bentuk utuhnya.
Untuk menganalisis sejauh mana proses "juicing" ini mempengaruhi kandungan antioksidan kuat pada buah yang disebut fenol, Decorde dan timnya melakukan uji coba menggunakan hamster.
Binatang-binatang ini dibagi dalam kelompok dan di antaranya ada yang dibiarkan diet dengan kadar lemak dan kolesterol tinggi untuk memicu timbulnya aterosklerosis atau pembentukan plak-plak lemak dalam pembuluh arteri yang dapat menyebabkan serangan jantung dan stroke . Kelompok hamster ada yang diberi buah apel, anggur ungu, jus apel, jus anggur dan air.
Di antara hamster juga ada kelompok yang dikontrol untuk menjalani diet normal. Jumlah buah yang dikonsumsi para hamster diseimbangkan dangan konsumsi normal manusia yang rata-rata sekitar tiga buah apel dan tiga rangkai anggur per hari . Hamster juga diberi jus yang setara dengan empat gelas per hari untuk manusia dengan berat 70 kilogram (154 pon).
Apel dan anggur menurut kajian para peneliti memiliki kadar fenol yang setara, sementara jus anggur ungu memiliki phenol 2,5 kali lebih banyak ketimban jus apel .
Pada akhir riset terungkap, dibandingkan yang diminum air, hamster yang diberi buah dan jus mencatat kadar kolesterol rendah, stres oksidatif rendah, serta akumulasi lemak yang sedikit pada pembuluh aorta, saluran utama yang menyuplah darah mengandung oksigen ke seluruh tubuh. Jus anggur ungu tercatat memberi pengaruh paling besar diikuti buah anggur ungu, jus dan buah apel.
"Temuan ini mengindikasikan bahwa jumlah fenol yang terkandung dalam makanan memiliki pengaruh langsung terhadap kekayaan antioksidannya, " tulis peneliti yang memuat riset mereka dalam Molecular Nutrition and Food Research edisi April 2008.
Zat-zat antioksidan lainnya dalam buah-buahan seperti vitamin C dan karotenoid, juga dapat memberi kontribusi bagi khasiatnya. Hasil penelitian ini kata, Decorde, memberikan saran dan dorongan bahwa manfaat buah dan jus buah memiliki relevansi yang signifikan dan dapat diapliasikan bagi kesehatan masyarakat.

Rabu, 27 April 2011

Agar Bayi Aman Minum Susu Formula

Kontaminasi susu formula yang mengandung Enterobacter Sakazakii membuat banyak kalangan khawatir. Akibatnya, tak sedikit orangtua yang bingung bagaimana agar sang buah hati dapat minum susu tanpa harus terkontaminasi bakteri tersebut.

Dari situs Fakultas Pertanian IPB, ada beberapa cara agar infeksi E. Sakazakii dikurangi. Bila si kecil terpaksa minum susu formula, ada beberapa cara penyajian agar lebih aman bagi kesehatan.

1. Bila sebelumnya menyeduh susu dengan air hangat, kini ubahlah cara penyajiannya. Yakni, merendam susu bubuk dengan air panas (85-100°C) selama 1-2 menit sebelum ditambahkan air dingin untuk mereduksi jumlah koloni hidup bakteri.

2. Tidak menggunakan produk susu bubuk yang kemasannya telah terbuka cukup lama, lebih dari 8 hari atau dibeli dalam kemasan yang sudah tidak baik atau bocor.

3. Menyimpan susu bubuk yang telah terbuka kemasannya dalam lemari pendingin bersuhu dibawah 5°C untuk mencegah pertumbuhan mikroba, termasuk E. sakazakii.

4. Mencuci bahan makanan yang biasa dimakan mentah dengan sanitiser, bukan hanya air mengalir, untuk mereduksi kontaminasi mikroba pada bahan pangan tersebut.

5. Tidak dianjurkan menggunakan susu formula bagi bayi di bawah usia 6 bulan. Penggunaan susu formula pada bayi 0-6 bulan sebaiknya berkonsultasi pada dokter atau tenaga medis, terutama sekali bayi lahir prematur atau yang memiliki daya tahan lemah.

6. Waspada terhadap gejala demam dan diare yang merupakan indikasi infeksi, apapun mikroorganismenya, bukan hanya E. sakazakii.

Sumber : cosmo.vivanews

Kamis, 24 Maret 2011

Program Promotif dan Preventif untuk Mencegah Penggunaaan Narkoba

.....Mayat-mayat anak bangsa yang dicengkeram madat//mayat-mayat yang berdiri gorang dari saat ke saat// mereka masih hidup tapi sudah mayat//dicengkeram madat, heroin, kokain, sabu, ekstasi, marijuana cair, serbuk, dan padat.....
Demikian sepenggal bait yang di bawakan oleh penyair Taufik Ismail pada Seminar Penyusunan Kebijakan dan Strategi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN). Acara ini diadakan oleh Badan Narkotika Nasional (BNN) pada hari Jumat, 18 Februari 2011 di Hotel Bidakara-Jakarta, yang dihadiri sekitar 200 orang.

Diawali dengan pemaparan tentang Strategi Nasional P4GN oleh Deputi Bidang Pencegahan BNN, Yappi Manafe. Seperti yang di uraikan oleh Yappi, pada tahun 2000 terdapat 3.438 kasus penyalahgunaan narkoba, dan diperkirakan pada tahun 2013 akan meningkat menjadi 132.028 kasus. Yang mencengangkan, hasil survey BNN tahun 2009 menyimpulkan bahwa prevalensi penyalahguna narkoba dikalangan pelajar dan mahasiswa adalah 4,7% (sekitar 921.694 orang). Dari jumlah tersebut, 61% menggunakan narkoba jenis analgesik, dan 39% menggunakan narkoba jenis ganja, amphetamine, ekstasi dan lem. Berdasarkan data Pusat T & R BNN, jumlah pecandu narkoba yang mendapatkan layanan T & R diseluruh Indonesia adalah 17.734 orang (jumlah terbanyak pada kelompok umur 20 s.d 34 tahun). Jenis narkoba yang paling banyak digunakan oleh pecandu yang mendapatkan layanan T & R adalah heroin (10.768 orang), selanjutnya secara berurutan adalah jenis ganja (1.774 orang), shabu   (984 orang), sisanya menggunakan alkohol, amphetamine, dll.

Seorang pakar pendidikan, Prof. DR. Arief Rachman, M.Pd turut hadir sebagai pembicara dalam seminar tersebut. Menurut Arief, sebagai pencegahan dini terhadap penyalahgunaan narkoba diperlukan suatu keseimbangan antara individu (anak) - orang tua - lingkungan eksternal. Selain itu juga pentingnya kerjasama secara lintas sektoral mengingat dampak penyalahgunaan dan peredaran narkoba saat ini semakin memprihatinkan. Khususnya dalam bidang pendidikan dasar dan menengah, perlu suatu upaya untuk mengintegrasikan pengetahuan terkait pencegahan penyalahgunaan  narkoba ke dalam  kurikulum pendidikan. Hal serupa juga diungkapkan oleh seorang pakar psikolog dan pekerja sosial Miryam S.V. Nainggolan, Psi,MSW dalam paparannya yang bertema Membangun Sikap Masyarakat yang Anti Narkoba. Miryam menambahkan, bahwa program promotif dan preventif seperti kampanye, penyuluhan, pendidikan dan pelatihan, pengawasan dan pengendalian seyogyanya lebih ditingkatkan lagi. Sebagai contoh program community based yang digagas oleh BNN pada tahun 2009 di Surabaya yakni Adu Kampung Bersih Narkoba dianggap telah berhasil, karena masyarakat tersebut memiliki sikap positif dan aktif untuk menjaga daerahnya agar tetap bersih dari narkoba.

Mengutip kalimat Taufik Ismail bahwa narkotika dan bahan adiktif lainnya yang destruksinya telah melanda dunia saat ini nampaknya tidak bekerja sendiri. Infiltrasinya memasuki jaringan kehidupan bangsa, berjalin-berkelindan dengan budaya dan melakukan penghancuran dari luar dan dalam. Untuk itu perlunya upaya pencegahan yang dilakukan secara komprehensif, berkesinambungan, dan melibatkan semua pihak, agar Indonesia Bebas Narkoba 2015 bukan sekedar wacana. (Ivo Syayadi)

Kamis, 24 Februari 2011

Kontroversi Hukum Rokok

Assalamu’alaykum
1.  Ana mau tanya hukum merokok tu apa bib?
2.  Kalau haram kenapa?
From : Abdullah Ali
FORSANSALAF menjawab :

Wa’alaikum salam Wr. Wb.
Hukum merokok ada beberapa pendapat di kalangan ulama’ :
  1. Boleh/mubah, dengan pertimbangan tidak ada dalil yang mengharamkannya dengan jelas dan tidak berbahaya pada kesehatan serta bukan termasuk muskir (perkara yang memabukkan) atau mukhoddir (merusak pikiran).
  2. Makruh, dengan pertimbangan tidak ada dalil yang mengharamkannya dengan jelas, hanya bau yang tidak sedap dari mulut orang yang mengkonsumsinya sebagaimana bawang merah atau bawang putih yang mentah.
  3. Wajib, jika membahayakan jiwa ketika tidak merokok.
  4. Haram, dengan pertimbangan sebagai berikut :
a.   Rokok dapat membahayakan kesehatan, menurut kesepakatan para dokter menyebabkan kanker, jantung, impotensi, gangguan kehamilan dan janin. Ajaran islam memerintahkan untuk selalu menjaga diri dan meninggalkan segala yang membahayakan, sebagaimana firman Allah SWT :

وَلَا تُلْقُوا بِأَيْدِيكُمْ إِلَى التَّهْلُكَةِ وَأَحْسِنُوا إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ (195)

“ dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.” (al-baqarah :195)
Dan hadits Rasulullah SAW :

” لَا ضَرَرَ وَلَا ضَرَارَ “.

“ janganlah berbuat sesuatu yang membahayakan, dan jangan membalas dengan berbuat sesuatu yang membahayakan”
b.  Pembelajaan harta untuk sesuatu yang tidak bermanfaat bahkan membahayakan kesehatan. Hal ini adalah bentuk isrof atau tabdzir (pemborosan) harta yang diharamkan, sebagaimana firman Allah SWT :

وَآَتِ ذَا الْقُرْبَى حَقَّهُ وَالْمِسْكِينَ وَابْنَ السَّبِيلِ وَلَا تُبَذِّرْ تَبْذِيرًا (26) إِنَّ الْمُبَذِّرِينَ كَانُوا إِخْوَانَ الشَّيَاطِينِ وَكَانَ الشَّيْطَانُ لِرَبِّهِ كَفُورًا (27)

“ Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan dan syaitan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya”, (al-Isra’ : 26-27)
c.  Dapat merubah mental dan watak pecandunya.
KETERANGAN :
Pendapat pertama, rokok adalah mubah karena tidak membahayakan kesehatan, maka telah menjadi maklum secara medis bahwa rokok sangat berbahaya untuk kesehatan baik dalam jangka waktu dekat atau lama. Sedangkan mengkonsumsi sesuatu yang membahayakan kesehatan haram menurut kesepakatan ulama’.
Pendapat kedua, rokok adalah makruh karena tidak ada dalil tegas yang mengharamkannya. Oleh karena itu, jika membahayakan, maka berubah hukum menjadi haram, bahkan wudhu’ yang wajib pun menjadi haram jika membahayakan.
Pendapat ketiga, rokok wajib ketika membahayakan jika ditinggalkan. Sesungguhnya pendapat ini hanyalah wacana yang berlaku ketika benar-benar terjadi sebagaimana keadaan di atas. Oleh karena itu, tidak bisa digunakan sebagai dalil kebolehan merokok, bahkan makan bangkai menjadi wajib jika tidak memakannya akan mati.
Pendapat terakhir, rokok haram. Pendapat ini menurut kami paling shohih, ditinjau dari dalil-dalil lebih tepat, lebih berhati-hati (ihtiyath) dan untuk menjaga kesehatan, nikmat yang teramat mahal, serta menghindari dari pemborosan (isrof). Allah SWT berfirman :

يَسْأَلُونَكَ مَاذَا يُنْفِقُونَ قُلْ مَا أَنْفَقْتُمْ مِنْ خَيْرٍ فَلِلْوَالِدَيْنِ وَالْأَقْرَبِينَ وَالْيَتَامَى وَالْمَسَاكِينِ وَابْنِ السَّبِيلِ وَمَا تَفْعَلُوا مِنْ خَيْرٍ فَإِنَّ اللَّهَ بِهِ عَلِيمٌ (215)


“ Mereka bertanya tentang apa yang mereka nafkahkan. Jawablah: “Apa saja harta yang kamu nafkahkan hendaklah diberikan kepada ibu-bapak, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan.” Dan apa saja kebaikan yang kamu buat, maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahuinya.” (al-baqarah: 215).
Oleh karena itu, alangkah indah dan elok bagi orang yang tidak merokok, utamanya kalangan ustad, ulama’ dan tokoh agama untuk menjadi contoh bagi awam meninggalkan hal-hal yang tidak berguna bahkan merugikan diri, agama dan harta. Rasulullah SAW bersabda :

مِنْ حُسْنِ إِسْلَامِ الْمَرْءِ تَرْكُهُ مَا لَا يَعْنِيهِ ، رواه الترمذي واحمد


“ termasuk kesempurnaan islam pada seseorang adalah meninggalkan segala yang tidak manfaat (dalam agama) baginya “ (H.R. Tirmidzi dan Ahmad)
Namun sangatlah ironis sekali pada zaman sekarang, orang-orang yang menjadi uswah/tauladan bagi umat memberikan contoh yang tidak positif dan tidak bernilai ibadah bahkan karena, mereka anak-anak yang belum baligh pun dengan bebasnya menghisap rokok. Siapakah yang akan bertanggung jawab di hadapan Allah nanti di hari kiamat ?.
Al Habib Abdullah bin Umar as-Syathiri berkata :

تَسْتَحْسِنُ التُّنْــبَاكَ فِي فِيْكَ وَتَسْـ # تَحْيِي بِأَنْ تَسْتَعْمِلَ الْمِسْوَاكَا

Kamu menilai bagus rokok di mulutmu, namun kamu malu menggunakan siwak.

وَالشَّرْعُ ثُمَّ الطِّبُّ قَدْ نَهَيَاكَ عَنْ # ذَاكَ الْأَذَى وَبِفِعْلِ ذَا اَمَــرَاكَا

Padahal syari’at dan medis benar-benar telah melarangmu dari penyakit (rokok) itu, dan dengan menggunakan siwak keduanya (syari’at dan medis) menganjurkanmu.

لَوْ كُنْتَ تَعْكِسُ فِي الْقَضِيَّةِ كَانَ اَوْ # لَى مِنْكَ لَكِنَّ اللَّعِيْنَ اَغْـوَاكَا

Jika kamu membalik kejadian di atas, maka lebih baik bagimu, namun yang terkutuk (syetan) telah menyesatkanmu.

فَلكَمْ اَضَعْـتَ بِهِ نَفِيْسَ اْلمـَالِ لَوْ # اَنْفَقْتَهُ يَا صَاحِ فِي اُخْـَـراكَا

Berapa banyak engkau hamburkan harta yang bernilai, seandainya saja engkau sedekahkan -wahai sahabatku- untuk kebahagiaan akhiratmu.

260/بغية المسترشدين

(مسألة) : التنباك معروف من أقبح الحلال إذ فيه إذهاب الحال والمال، ولا يختار استعماله أكلاً أو سعوطاً أو شرباً لدخانه ذو مروءة من الرجال، وقد أفتى بتحريمه أئمة من أهل الكمال كالقطب سيدنا عبد الله الحداد والعلامة أحمد الهدوان، كما ذكره القطب أحمد بن عمر بن سميط عنهما وغيرهم من أمثالهم، بل أطال في الزجر عنه الحبيب الإمام الحسين ابن الشيخ أبي بكر بن سالم وقال: أخشى على من لم يتب عنه قبل موته أن يموت على سوء الخاتمة والعياذ بالله تعالى. وقد أشبع الفصل فيه بالنقل العلامة عبد الله باسودان في فيض الأسرار وشرح الخطبة وذكر من ألف في تحريمه كالقليوبي وابن علان وأورد فيه حديثاً، وقال الحساوي في تثبيت الفؤاد من كلام القطب الحداد أقول: ورأيت معزواً لتفسير المقنع الكبير قال النبي : «يا أبا هريرة يأتي أقوام في آخر الزمان يداومون هذا الدخان وهم يقولون نحن من أمة محمد وليسوا من أمتي ولا أقول لهم أمة لكنهم من السوام» قال أبو هريرة: وسألته : كيف نبت؟ قال: «إنه نبت من بول إبليس، فهل يستوي الإيمان في قلب من يشرب بول الشيطان؟ ولعن من غرسها ونقلها وباعها» . قال عليه الصلاة والسلام: «يدخلهم الله النار وإنها شجرة خبيثة» اهـ ملخصاً اهـ. ورأيت بخط العلامة أحمد بن حسن الحداد على تثبيت الفؤاد: سمعت بعض المحبين قال: إن والدي يشرب النتن خفية وكان متعلقاً ببعض أكابر آل أبي علوي، فلما مات رأيته فسألته: ما فعل الله بك؟ قال: شفع فيَّ فلان المتقدم إلا في التنباك فهو يؤذيني وأراني في قبره ثقباً يجيء منه الدخان يؤذيه وقال له: إن شفاعة الأولياء ممنوعة في شرب التنباك. وقال لي بعضهم: رأيت والدي وكان صالحاً لكنه كان ينشق التنباك، فرأيته بعد موته قال: إن الناشق للتنباك عليه نصف إثم الشارب فالحذر منه اهـ. وقال الولي المكاشف للشريف عبد العزيز الدباغ: أجمع أهل الديوان من الأولياء على حرمة هذا النتن الخ.

فائدة : قال السيوطي في الأشباه والنظائر: قال بعضهم مراتب الأكل خمس: ضرورة، وحاجة، ومنفعة، وزينة، وفضول. فالضرورة بلوغه إلى حدّ إذا لم يتناول الممنوع هلك أو قارب وهذا يبيح تناول الحرام. والحاجة كالجائع الذي لو لم يجد ما يأكله لم يهلك غير أنه يكون في جهد ومشقة وهذا لا يبيح الحرام. والزينة والمنفعة كالمشتهي الحلوى والسكر والثوب المنسوج بالحرير والكتان. والفضول كالتوسع بأكل الحرام والشبهات.

الموسوعة الطبية الفقهية ص 183- 184

أحكام تدخين التبغ :

مشروعية التدخين : لقد ذهب الفقهاء في حكم تدخين التبغ مذاهب شتى لأنه لا نص فيه, وذلك على النحو الأتي :

  • تحريم التدخين : ذهب بعضهم إلى تحريمه لأنه يسكر في ابتداء تعاطيه إسكارا سريعا, ثم لايزال في كل مرة ينقص شيئا فشيئا حتى يطول الأمد جدا فيصير لايحس به, لكنه يجد نشوة وطربا أحسن عنده من السكر, وأنه يترتب على شربه الإضرار بالبدن, وأن الأطباء أجمعوا على ضرره وثبت عندهم أنه يسبب الكثير من الأمراض مثل سرطانات الرئة والحنجرة واللسان والشفتين والمثانة, كما يسبب الضعف الجنسي, وفيه إضاعة للمال وتبذير منهي عنه .. وقد نص المالكية على تحريمه وكذلك فعل المؤتمر العالمي الإسلامي لمكافحة المسكرات والمخدرات, الذي عقد في الجامعة الإسلامية بالمدينة المنورة في 30/ 5/ 1402 هـ حيث أصدر فتوى بحرمة استعمال التبغ للأضرار التي ذكرناها.

  • إباحة التدخين : وذهب بعضهم إلى إباحته لأنه لم يثبت إسكاره ولاتخديره, مع أن الذي يشربه في البداية يصيبه شيئ من الغشي لكنه لايوجب التحريم, لأن الأصل في الأشياء الإباحة حتى يرد نص بالتحريم فيكون التبغ مباحا جريا على قواعد الشرع وعمومياته.

  • كراهة التدخين : وذهب أكثرهم إلى كراهته لعدم ثبوت أدلة التحريم, وكرهوه لكراهة رائحته قياسا على البصل النيئ والثوم ونحوه.

أما من الوجهة الطبية فإننا نميل إلى كراهته كراهة تحريم لما ثبت من أضراره الشديدة على صحة الفرد والمجتمع, وجريا على قاعدة : لا ضرر ولاضرار, ولأنه لم يثبت أن له أية فوائد صحية, وأما ما يدعيه المدخنون من فوائد نفسية للتدخين وأنه يريح الأعصاب ويبهج النفس وغير ذلك من الدعاوى الباطلة فلا تعدو أن تكون أوهاما وتزيينا من الشيطان الذي لايكف عن الكيد لبني أدم ليرديهم ويوقعهم في الإثم والضرر!.

مع الناس / 2/ 39 للشيخ محمد سعيد رمضان البوطي

ما حكم بيع الدخان ؟ حكم التبغ من حيث تعاطيه والتعامل المالي به يتبع قرار الأطباء في اثره على جسم الإنسان ومن المعلوم ان اطباء العالم متفقون على انه يسبب اضرارا متنوعة في جسم الشخص الذي يتعاطاه اذن فالشرع يقرر وجوب تجنبه وحرمة استعماله، وكل ما حرم بيعه وشراؤه والقاعدة الشرعية في ذلك وهي حديث رسول الله r ” لا ضرر ولا ضرار “.

حاشية البجيرمي على الخطيب – (ج 6 / ص 440)

قَوْلُهُ : ( وُصُولُ دُهْنٍ ) وَمِنْهُ دُخَانٌ لَا عَيْنَ فِيهِ كَالْبَخُورِ ، بِخِلَافِ مَا فِيهِ عَيْنٌ كَالدُّخَانِ الْمَشْهُورِ الْآنَ ق ل . وَعِبَارَةُ عَبْدِ الْبَرِّ : وَمِنْهُ يُؤْخَذُ أَنَّ وُصُولَ الدُّخَانِ الَّذِي فِيهِ رَائِحَةُ الْبَخُورِ أَوْ غَيْرِهِ إلَى جَوْفِهِ لَا يَضُرُّ وَإِنْ تَعَمَّدَ فَتْحَ فِيهِ لِذَلِكَ ؛ لِأَنَّهُ لَيْسَ عَيْنًا ، أَيْ فِي الْعُرْفِ ، وَأَمَّا الدُّخَانُ الْحَادِثُ الْآنَ الْمُسَمَّى بِالنَّتِنِ لَعَنَ اللَّهُ مِنْ أَحْدَثَهُ فَإِنَّهُ مِنْ الْبِدَعِ الْقَبِيحَةِ ، فَقَدْ أَفْتَى شَيْخُنَا الزِّيَادِيُّ أَوَّلًا بِأَنَّهُ لَا يُفْطِرُ لِأَنَّهُ إذْ ذَاكَ لَمْ يَكُنْ يَعْرِفُ حَقِيقَتَهُ ، فَلَمَّا رَأَى أَثَرَهُ بِالْبُوصَةِ الَّتِي يَشْرَبُ بِهَا رَجَعَ وَأَفْتَى بِأَنَّهُ يُفْطِرُ .

حاشية البجيرمي على الخطيب – (ج 13 / ص 200)

( وَيَحْرُمُ مَا يَضُرُّ الْبَدَنَ أَوْ الْعَقْلَ ) وَمِنْهُ يُعْلَمُ حُرْمَةُ الدُّخَانِ الْمَشْهُورِ لِمَا نُقِلَ عَنْ الثِّقَاتِ أَنَّهُ يُورِثُ الْعَمَى وَالتَّرَهُّلَ وَالتَّنَافِيسَ وَاتِّسَاعَ الْمَجَارِي . ا هـ . ق ل وَقَوْلُهُ : مَا يَضُرُّ الْبَدَنُ قَالَ الْأَذْرَعِيُّ : الْمُرَادُ الضَّرَرُ الْبَيِّنُ الَّذِي لَا يُحْتَمَلُ عَادَةً لَا مُطْلَقُ الضَّرَرِ شَوْبَرِيٌّ .

تحفة الأحوذي – (ج 4 / ص 416)

تَنْبِيهٌ : اِعْلَمْ أَنَّ بَعْضَ أَهْلِ الْعِلْمِ قَدْ اِسْتَدَلَّ عَلَى إِبَاحَةِ أَكْلِ التُّنْبَاكِ وَشُرْبِ دُخَانِهِ بِقَوْلِهِ تَعَالَى { وَهُوَ الَّذِي خَلَقَ لَكُمْ مَا فِي الْأَرْضِ جَمِيعًا } وَبِالْأَحَادِيثِ الَّتِي تَدُلُّ عَلَى أَنَّ الْأَصْلَ فِي الْأَشْيَاءِ الْإِبَاحَةُ . قَالَ الْقَاضِي الشَّوْكَانِيُّ فِي إِرْشَادِ السَّائِلِ إِلَى أَدِلَّةِ الْمَسَائِلِ بَعْدَمَا أَثْبَتَ أَنَّ كُلَّ مَا فِي الْأَرْضِ حَلَالٌ إِلَّا بِدَلِيلٍ مَا لَفْظُهُ : إِذَا تَقَرَّرَ هَذَا عَلِمْت أَنَّ هَذِهِ الشَّجَرَةَ الَّتِي سَمَّاهَا بَعْضُ النَّاسِ التُّنْبَاكَ وَبَعْضُهُمْ التوتون لَمْ يَأْتِ فِيهَا دَلِيلٌ يَدُلُّ عَلَى تَحْرِيمِهَا وَلَيْسَتْ مِنْ جِنْسِ الْمُسْكِرَاتِ وَلَا مِنْ السُّمُومِ وَلَا مِنْ جِنْسِ مَا يَضُرُّ آجِلًا أَوْ عَاجِلًا ، فَمَنْ زَعَمَ أَنَّهَا حَرَامٌ فَعَلَيْهِ الدَّلِيلُ وَلَا يُفِيدُ مُجَرَّدُ الْقَالِ وَالْقِيلِ اِنْتَهَى .

قُلْتُ : لَا شَكَّ فِي أَنَّ الْأَصْلَ فِي الْأَشْيَاءِ الْإِبَاحَةُ لَكِنْ بِشَرْطِ عَدَمِ الْإِضْرَارِ ، وَأَمَّا مَا إِذَا كَانَتْ مُضِرَّةً فِي الْآجِلِ أَوْ الْعَاجِلِ فَكَلَّا ثُمَّ كَلَّا . وَقَدْ أَشَارَ إِلَى ذَلِكَ الشَّوْكَانِيُّ رَحِمَهُ اللَّهُ بِقَوْلِهِ : وَلَا مِنْ جِنْسِ مَا يَضُرُّ آجِلًا أَوْ عَاجِلًا ، وَأَكْلُ التُّنْبَاكَ وَشُرْبُ دُخَانِهِ بِلَا مِرْيَةٍ وَإِضْرَارُهُ عَاجِلًا ظَاهِرٌ غَيْرُ خَفِيٍّ ، وَإِنْ كَانَ لِأَحَدٍ فِيهِ شَكٌّ فَلْيَأْكُلْ مِنْهُ وَزْنَ رُبْعِ دِرْهَمٍ أَوْ سُدُسِهِ ثُمَّ لِيَنْظُرْ كَيْفَ يَدُورُ رَأْسُهُ وَتَخْتَلُّ حَوَاسُّهُ وَتَتَقَلَّبُ نَفْسُهُ حَيْثُ لَا يَقْدِرُ أَنْ يَفْعَلَ شَيْئًا مِنْ أُمُورِ الدُّنْيَا أَوْ الدِّينِ ، بَلْ لَا يَسْتَطِيعُ أَنْ يَقُومَ أَوْ يَمْشِيَ ، وَمَا هَذَا شَأْنُهُ فَهُوَ مُضِرٌّ بِلَا شَكٍّ . فَقَوْلُ الشَّوْكَانِيِّ : وَلَا مِنْ جِنْسِ مَا يَضُرُّ آجِلًا أَمْ عَاجِلًا لَيْسَ بِصَحِيحٍ . وَإِذَا عَرَفْت هَذَا ظَهَرَ لَك أَنَّ إِضْرَارَهُ عَاجِلًا هُوَ الدَّلِيلُ عَلَى عَدَمِ إِبَاحَةِ أَكْلِهِ وَشُرْبِ دُخَانِهِ . هَذَا مَا عِنْدِي وَاَللَّهُ تَعَالَى أَعْلَمُ .

بغية المسترشدين

(مسألة: ك): قال: لم يرد في التنباك حديث عنه ولا أثر عن أحد من السلف، وكل ما يروى فيه من ذلك لا أصل له، بل مكذوب لحدوثه بعد الألف، واختلف العلماء فيه حلاً وحرمة، وألفت فيه التآليف، وأطال كل في الاستدلال لمدعاه، والخلاف فيه واقع بين متأخري الأئمة الأربعة، والذي يظهر أنه إن عرض له ما يحرمه بالنسبة لمن يضره في عقله أو بدنه فحرام، كما يحرم العسل على المحرور والطين لمن يضره، وقد يعرض له ما يبيحه بل يصيره مسنوناً، كما إذا استعمل للتداوي بقول ثقة أو تجربة نفسه بأنه دواء للعلة التي شرب لها، كالتداوي بالنجاسة غير صرف الخمر، وحيث خلا عن تلك العوارض فهو مكروه، إذ الخلاف القوي في الحرمة يفيد الكراهة.

البيجوري / 1 / 343

(قوله : ولا بيع ما لا منفعة فيه) قيل منه الدخان المعروف لأنه لا منفعة فيه بل يحرم استعماله لأن فيه ضررا كبيرا وهذا ضعيف وكذا القول بأنه مباح، والمعتمد انه مكروه بل قد تعتريه الوجوب كما اذا يعلم الضرر بتركه وحينئذ فبيعه صحيح، وقد تعتريه الحرمة كما اذا كان يشتريه بما يحتاجه لنفقة عياله او تيقن ضرره اهـ

قرة العين بفتاوى اسماعيل زين / 225

سؤال : ما حكم شرب الدخان في المسجد بغير تلويث له كأن كان هناك طفايات معدة لذلك ؟

الجواب والله الموفق للصواب : ان شرب الدخان من حيث هو مكروه عند الشافعية وبعض العلماء وعند بعضهم حرام لكونه من الأشياء ذوات الروائح الخبيثة بالإضافة الى ما فيه من تلويث الفم والصدر وصرف بعض الأموال. اما اذا كان في المسجد كما ذكر في السؤال او في غيره من مجالس العلم فهو حرام لما فيه من من انتهاك حرمة المكان لأن الله تعالى يقول ” فِي بُيُوتٍ أَذِنَ اللَّهُ أَنْ تُرْفَعَ وَيُذْكَرَ فِيهَا اسْمُهُ ” اي اوجب الله وامر ان تعظم وتحترم، وشرب الدخان فيها ينافي الإحترام والتعظيم ويخشى على فاعلخ سوء الخاتمة لهذا اذا لم يكن هناك قصد للإنتهاك والا فان قصد شارب الدخان في المسجد المعاندة والإنتهاك فلا شك انه يرتد والعياذ بالله والمساجد من شعائر الله التي يجب تعظيمها.

260/بغية المسترشدين

(مسألة: ب): يحرم بيع التنباك ممن يشربه أو يسقيه غيره، ويصح لأنه مال كبيع السيف، ونحو الرصاص والبارود من قاطع الطريق، والأمرد لمن عرف بالفجور، والعنب ممن يتخذه خمراً ولو ظناً، فينبغي لكل متدين أن يجتنب الاتجار في ذلك، ويكره ثمنه كراهة شديدة. أما بيع آلة الحرب من الحربي فباطل، ويجوز خلط الطعام الرديء بالطعام الجيد إن كان ظاهراً يعلمه المشتري، وليس ذلك من الغشّ المحرم، وإن كان الأولى اجتنابه، إذ ضابط الغشّ أن يعلم ذو السلعة فيها شيئاً لو اطلع عليه مريدها لم يأخذها بذلك المقابل فيجب إعلامه حينئذ.

مغني المحتاج إلى معرفة ألفاظ المنهاج  – (ج 8 / ص 39)

( و الْأَصَحُّ أَنَّ صَرْفَهُ ) أَيْ الْمَالَ وَإِنْ كَثُرَ ( فِي الصَّدَقَةِ ، وَ ) بَاقِي ( وُجُوهِ الْخَيْرِ ) كَالْعِتْقِ ( وَالْمَطَاعِمِ وَالْمَلَابِسِ الَّتِي لَا تَلِيقُ بِحَالِهِ لَيْسَ بِتَبْذِيرٍ ) أَمَّا فِي الْأُولَى فَلِأَنَّ لَهُ فِي الصَّرْفِ فِي الْخَيْرِ غَرَضًا وَهُوَ الثَّوَابُ ، فَإِنَّهُ لَا سَرَفَ فِي الْخَيْرِ كَمَا لَا خَيْرَ فِي السَّرَفِ ، وَحَقِيقَةُ السَّرَفِ : مَا لَا يُكْسِبُ حَمْدًا فِي الْعَاجِلِ وَلَا أَجْرًا فِي الْآجِلِ ، وَمُقَابِلُ الْأَصَحِّ فِيهَا يَكُونُ مُبَذِّرًا إنْ بَلَغَ مُفَرِّطًا فِي الْإِنْفَاقِ

Sumber : forsansalaf.com

Rabu, 16 Februari 2011

Bahaya Kekurangan dan Kelebihan Gizi

Kelebihan gizi tak kalah bahaya dibandingkan kekurangan gizi
Gangguan kesehatan tak selalu identik dengan kekurangan gizi, tapi juga kelebihan gizi. Keduanya sama-sama berdampak negatif terhadap kesehatan dan kualitas hidup manusia. Itulah yang kini menjadi fokus perhatian sejumlah pakar kesehatan di Indonesia.

Ahli gizi sekaligus Guru Besar Institut Pertanian Bogor, Prof Soekirman, SKM, MPS-ID, PhD, mengatakan, kekurangan dan kelebihan gizi umumnya terjadi akibat perubahan pola makan yang tidak bergizi seimbang.

Kekurangan gizi ditandai dengan lambatnya pertumbuhan tubuh (terutama pada anak), daya tahan tubuh rendah, kurangnya tingkat intelegensia (kecerdasan), dan produktivitas yang rendah. Ini terjadi akibat asupan gizi di bawah kebutuhan.

Sementara kelebihan gizi ditandai dengan kelebihan berat badan. Ini jelas memperbesar risiko munculnya berbagai penyakit kronis degeneratif, seperti diabetes, tekanan darah tinggi, dan penyakit jantung. Kondisi ini terjadi karena asupan gizi melebihi kebutuhan.

Perlahan, masyarakat Indonesia mungkin sudah bisa lepas dari persoalan kekuarangan gizi. Yang terjadi justru memasuki masa transisi dari persoalan kurang gizi ke kelebihan gizi. Bahkan, masalah kelebihan gizi mulai menimpa masyarakat kelas ekonomi rendah.

Artinya, mereka dengan tingkat ekonomi rendah, bukan tak mungkin menderita penyakit kronis degeneratif seperti jantung. "Ini bisa lebih memberi beban ekonomi pada mereka,” kata Soekirman, di sela-sela acara 'Sehat dan Bugar Berkat Gizi Seimbang', Kamis, 27 Januari 2011.

Gemuk tak lagi menjadi simbol kemakmuran. Salah satu pemicunya adalah kehadiran junk food yang dangat terjangkau masyarakat kalangan bawah. Konsumsi makanan ini sangat buruk bagi kesehatan, apalagi jika tak diimbangi dengan olahraga seimbang.

Demikian pula masalah kekurangan gizi, yang bisa menimpa kalangan menengah ke atas. Umumnya terjadi akibat buruknya sanitasi lingkungan dan kebersihan diri yang potensial memicu penyakit infeksi seperti diare dan ISPA. Dan, mereka yang sering terkena infeksi potensial menderita kekurangan gizi.

Mengatasi persoalan kurang dan kelebihan gizi ini bisa dilakukan dengan memahami dan mempraktekkan pola makan bergizi seimbang. Caranya, konsumsi makanan bergizi dalam jenis dan jumlah yang sesuai kebutuhan tubuh, usia, jenis kelamin, aktivitas fisik dan kondisi biologis.

Memperhatikan variasi makanan juga penting, selain menerapkan gaya hidup sehat seperti olahraga rutin, mengontrol berat badan, dan menjaga kebersihan diri. "Berbeda dari prinsip empat sehat lima semprna, yang hanya memperhatikan prinsip variasi makanan, tanpa menyesuaikan dengan kebutuhan tubuh berdasarkan usia, jenis kelamin, aktivitas fisik dan kondisi biologis."

Data status gizi berdasar riset kesehatan dasar 2010 di Indonesia menunjukkan, balita bertubuh kurus sebanyak 13,3 persen, dan balita bertubuh gemuk 14 persen. Lalu, anak 6-12 tahun, yang mengalami kegemukan 9,2 persen dan yang kurus 12,2 persen.

Sementara anak 13-15 tahun yang bertubuh gemuk mencapai 2,5 persen, dan yang kurus 10,1 persen. Anak 16-18 tahun yang bertubuh gemuk 1,4 persen dan yang kurus 8,9 persen. Sedangkan orang dewasa 18 tahun ke atas yang bertubuh gemuk 21,7 persen dan yang kurus 12,6 persen. (pet) • VIVAnews 

Bakar Kalori Dengan Menyusui

Durasi menyusui memengaruhi pembakaran kalori tubuh
Ingin cepat kembali langsing setelah melahirkan? Berikan ASI eksklusif pada bayi Anda. Menyusui adalah aktivitas yang membakar cukup banyak kalori. Jadi cara ini bisa Anda andalkan.

Menurut situs WebMD, dengan menyusui Anda bisa membakar 500 kalori. Jumlah tepat kalori tergantung pada seberapa sering Anda menyusui dan berapa banyak tubuh  memproduksi susu. Bila menyapih, jumlah kalori yang Anda bakar melalui produksi susu pun akan berkurang.

Untuk memastikan Anda menghasilkan cukup susu untuk bayi, Anda juga harus memberi tubuh makanan yang cukup dan bergizi agar memiliki kalori ekstra untuk cadangan.

Sama seperti seorang atlet yang harus mengatur menu makanannya, saat menyusui ibu juga harus mengonsumsi makanan bergizi tinggi demi berhasilnya pemberian ASI ekslusif, terutama jika ingin menyusui buah hati hingga usianya satu tahun.

Banyak ibu yang karena ingin menurunkan berat badan secara cepat setelah melahirkan, melakukan diet ketat, padahal masih menyusui. Tetapi ada baiknya hal ini dihindari, karena bisa berdampak buruk pada produksi ASI. Hal yang terpenting adalah mengonsumsi makanan bergizi untuk memenuhi asupan gizi ibu dan bayi.

Setelah melahirkan, sebaiknya jangan langsung melakukan diet ketat. La Leche League, lembaga nirlaba asal Amerika Serikat yang menyebarkan dan mempromosikan aktivitas menyusui, merekomendasikan untuk setidaknya menunggu hingga dua bulan untuk mengembalikan bobot tubuh seperti semula. Dengan demikian, Anda dapat membiarkan tubuh terbiasa untuk memproduksi susu.

Rabu, 09 Februari 2011

RISIKO UTAMA PENYAKIT TIDAK MENULAR DISEBABKAN ROKOK

Menurut data WHO, lebih dari satu milyar orang di dunia menggunakan tembakau  dan menyebabkan kematian lebih dari 5 juta orang setiap tahun. Diperkirakan sebagian besar kematian terjadi pada masyarakat yang tinggal di negara dengan berpenghasilan rendah dan menengah termasuk Indonesia.
Penggunaan rokok merupakan salah satu faktor risiko terbesar pada penyakit tidak menular, karena itu kebijakan menerapkan kawasan tanpa rokok (KTR)  telah diidentifikasi sebagai strategi intervensi utama pengendalian penyakit tidak menular.
Salah satu upaya yang perlu dilakukan adalah adanya kebijakan KTR di tingkat Nasional. Kementerian Kesehatan dan lintas sektor telah bersama-sama memperkenalkan Inisiatif Kota Sehat pada tahun 2005 dengan tujuan  membuat kota sehat melalui inisiatif lokal. Hampir 200 kota dan kabupaten di Indonesia telah dilatih dalam pelaksanaan kebijakan tersebut.
Untuk membangun komitmen pemegang kebijakan pusat maupun daerah dalam Pengendalian Masalah Kesehatan akibat Tembakau dan Penyakit Tidak Menular, diselenggarakan Workshop dibuka Menkes dr. Endang Rahayu Sedyaningsih, MPH, Dr. PH di Jakarta, 24 Januari 2011.
Workhsop diikuti  perwakilan  WHO, International Union Against Tuberculosis and Lung Disease (IUTLD), Ditjen Otonomi Daerah Kementerian Dalam Negeri dan 11 Walikota (Bogor, Padang Panjang, Palembang, Payakumbuh, Padang, Pontianak, Denpasar, Bengkulu, Makassar, Semarang, Bandung), 3 Bupati (Enrekang, Sragen, Bangli) dan 14 Dinkes Kabupaten/Kota (Padang Panjang, Bogor, Palembang, Payakumbuh, Padang, Pontianak, Denpasar, Bengkulu, Makassar, Semarang, Bandung, Bangli, Sragen, Enrekang) dan Dinkes Provinsi DKI Jakarta.
Menkes dalam sambutannya menyatakan, menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO),  pada tahun 2005 penyakit tidak menular merupakan penyebab utama 58 juta kematian di dunia, meliputi  penyakit jantung dan pembuluh darah (30%), penyakit pernafasan kronik dan penyakit kronik lainnya (16%), kanker (13%), cedera (9%) dan diabetes melitus (2%). Di wilayah Asia Tenggara penyakit tidak menular merupakan 51% penyebab kematian pada tahun 2003, dan menimbulkan DALYs (Disability Adjusted Life Years = kehilangan bertahun-tahun usia produktif) sebesar 44%.
“Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan pasal 115 menyatakan Pemerintah Daerah wajib menerapkan Kawasan Tanpa Rokok di wilayahnya. Sekitar 22 kabupaten/kota sudah mulai melaksanakan kebijakan tersebut, walaupun program ini belum seragam di seluruh kabupaten/kota. Untuk itu diperlukan komitmen para pemegang kebijakan di tingkat Daerah untuk menerapkannya”, ujar Menkes.
Menurut data Susenas tahun 2001, jumlah perokok di Indonesia sebesar 31,8%.  Jumlah ini meningkat menjadi 32% pada tahun 2003, dan meningkat lagi menjadi  35% pada tahun 2004. Pada tahun 2006, The Global Youth Survey (GYTS) melaporkan 64,2% atau 6 dari 10 anak sekolah yang disurvei terpapar asap rokok selama mereka di rumah.  Lebih dari sepertiga (37,3%) pelajar biasa merokok, dan yang lebih mengejutkan lagi adalah 30,9% atau 3 diantara 10 pelajar menyatakan pertama kali merokok pada umur dibawah 10 tahun.
Data Riset Riskesdas 2007 juga memperlihatkan tingginya penduduk yang merokok. Jumlah perokok aktif penduduk umur > 15 tahun adalah 35.4% (65.3% laki-laki dan 5.6% wanita), berarti  2 diantara 3 laki-laki adalah perokok aktif. Lebih bahaya lagi 85,4 % perokok aktif merokok dalam rumah bersama anggota keluarga sehingga mengancam keselamatan kesehatan lingkungan, kata Menkes.
Menkes menyatakan, proporsi angka kematian penyakit tidak menular  meningkat dari 41,7% pada tahun 1995 menjadi 59,5% pada tahun 2007. Hasil Riskesdas tahun 2007 menunjukkan tingginya prevalensi penyakit tidak menular di Indonesia, seperti hipertensi (31,7 %), penyakit jantung (7,2%), stroke (0,83%), diabetes melitus (1,1%) dan diabetes melitus di perkotaan (5,7%), asma (3,5%), penyakit sendi (30,3%), kanker/tumor (0,43%), dan cedera lalu lintas darat (25,9%).
Stroke merupakan penyebab utama kematian pada semua umur, jumlahnya mencapai 15,4%, hipertensi 6,8%, cedera 6,5%, diabetes melitus 5,7%, kanker 5,7%, penyakit saluran nafas bawah kronik (5,1%), penyakit jantung iskemik 5,1%, dan penyakit jantung lainnya 4,6%.
“Pengendalian masalah kesehatan akibat tembakau dan penyakit tidak menular perlu dilakukan secara komprehensif, terintegrasi, dan berkesimbungan dengan melibatkan partisipasi dan pemberdayaan masyarakat’, imbuh Menkes.
Untuk itu, Kementerian Kesehatan telah melakukan berbagai upaya, seperti  membuat jejaring kerja dengan LSM, perguruan tinggi dan masyarakat madani dalam pengendalian tembakau dan penyakit tidak menular ;   Melakukan inisiasi pengembangan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) di berbagai daerah ;  Mengembangkan KIE melalui media masa ; Melakukan  peningkatan kapasitas tingkat nasional dan lokal, dan Deklarasi perlindungan anak dari bahaya rokok.
Pada kesempatan itu  Menkes menyampaikan penghargaan dan terima kasih dalam  upaya kerjasama dengan The International Union Against Tuberculosis and Lung Disease (The Union), WHO, dan  para Walikota, para Bupati dan Para Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota serta para pemerhati masalah kesehatan.

MASALAH HIV/AIDS DAN ROKOK PERLU PERHATIAN SERIUS




Untuk meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas sebagai kekuatan pembangunan, masalah HIV/AIDS dan rokok memerlukan perhatian serius. Hal ini disebabkan jumlah penderita HIV/AIDS terus meningkat setiap tahunnya dengan proporsi kumulatif kasus AIDS tertinggi pada kelompok usia produktif (usia 20-29  tahun) sebanyak 49,07%. Demikian juga dengan jumlah perokok, berdasarkan hasil Riskesdas Tahun 2010, prevalensi perokok secara nasional sebesar 34,7%. Berarti lebih dari sepertiga penduduk berisiko mengalami gangguan kesehatan seperti kanker, penyakit jantung dan penyakit akibat gangguan pernapasan. Hal itu disampaikan Menteri Kesehatan, dr. Endang Rahayu Sedyaningsih, MPH, Dr.PH ketika menyampaikan sambutan kepada peserta Rapat Kerja Nasional Gubernur di Jakarta, Senin, 31 Januari 2011.

Menurut Menkes, kesehatan merupakan unsur dominan dalam Millenium Development Goals (MDGs), karena lima dari delapan agenda MDGs berkaitan langsung dengan kesehatan. Lima agenda tersebut adalah Agenda ke-1 (Memberantas kemiskinan dan kelaparan), Agenda ke-4 (Menurunkan angka kematian anak), Agenda ke-5 (Meningkatkan kesehatan ibu), Agenda ke-6 (Memerangi HIV/AIDS, Malaria, dan penyakit lainnya), serta Agenda ke-7 (Melestarikan lingkungan hidup).

Untuk mendukung upaya pencapaian MDG’s, pada tahun 2011 Kemenkes mulai meluncurkan Bantuan Operasional Kesehatan (BOK). BOK diberikan kepada seluruh Puskesmas di Indonesia yang besarnya berkisar antara Rp 75 juta sampai Rp 250 juta per tahun sesuai wilayah regional masing-masing. Pada tahun 2011 ini juga mulai dilaksanakan Program Jaminan Persalinan (Jampersal), yaitu pemberian jaminan persalinan bagi masyarakat yang belum mendapat jaminan kesehatan untuk persalinan. Jaminan pelayanan yang diberikan mencakup : pemeriksaan kehamilan, pelayanan persalinan, pelayanan nifas, pelayanan Keluarga Berencana, pelayanan neonatus dan promosi ASI.

Berkaitan dengan agenda ke-6, Menkes mengingatkan kembali pentingnya komitmen  melaksanakan INPRES  No. 3 Tahun 2010 tentang Program Pembangunan yang Berkeadilan. Salah satu fokus program pengendalian HIV/AIDS 2010 dan 2011 yaitu  jumlah orang yang berumur 15 tahun atau lebih yang menerima konseling dan testing HIV pada tahun 2010 sebanyak 300.000 orang dan tahun 2011 menjadi 400.000 orang. Persentase orang dengan HIV/AIDS (ODHA) yang mendapatkan obat anti retroviral (ARV) tahun 2010 sebanyak 70% dan tahun 2011 menjadi 75%. Presentase kabupaten/kota yang melaksanakan pencegahan penularan HIV sesuai pedoman tahun 2010 sebanyak 50% dan tahun 2011 menjadi 60%. Penggunaan kondom pada kelompok risiko tinggi  tahun 2011 sebanyak 35% pada perempuan  dan 20% pada laki-laki.

“Berdasarkan hasil Riskesdas 2010, persentase penduduk umur  15 tahun dengan pengetahuan komprehensif tentang HIV/AIDS sebesar 11,4%. Hal ini menunjukkan pentingnya terus meningkatkan komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) terhadap kelompok ini”, ujar Menkes.

Sedangkan prevalensi penduduk yang merokok  pada kelompok umur 45-54 tahun sebesar 32,2%. Sedangkan  pada penduduk laki-laki umur 15 tahun ke atas sebanyak 54,1%  adalah perokok. Prevalensi tertinggi pertama kali merokok pada umur 15-19 tahun (43,3%) dan sebesar 1,7% penduduk mulai merokok pertama kali pada umur 5-9 tahun. Untuk mengatasi hal itu, mengharapkan para Gubernur segera  mengeluarkan kebijakan Kawasan Tanpa Rokok di wilayah kerja masing-masing.

Pemberdayaan masyarakat

Mengacu pada visi pembangunan nasional, strategi pertama yang dilakukan Kemenkes adalah pemberdayaan masyarakat, swasta, dan masyarakat madani melalui kerja sama nasional dan global.  Berarti pembangunan kesehatan juga tidak terlepas dari komitmen Indonesia sebagai warga masyarakat dunia untuk ikut merealisasikan tercapainya MDGs.

Masyarakat diarahkan agar berdaya dan ikut aktif memelihara kesehatannya sendiri, melakukan upaya pro-aktif tidak menunggu sampai jatuh sakit, karena ketika sakit sebenarnya telah kehilangan nilai produktif. Upaya promotif dan preventif perlu ditingkatkan untuk mengendalikan angka kesakitan yang muncul dan mencegah hilangnya produktivitas serta menjadikan sehat sebagai fungsi produksi yang dapat memberi nilai tambah, ujar Menkes.

Pemberdayaan masyarakat berupaya memfasilitasi percepatan dan pencapaian derajat kesehatan bagi seluruh penduduk dengan mengembangkan kesiap-siagaan di tingkat desa dan kelurahan yang disebut Desa dan Kelurahan Siaga Aktif  seperti dituangkan melalui Keputusan Menkes No.1529/MENKES/ SK/X/2010 tentang Pedoman Umum Pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif.

Desa dan Kelurahan Siaga Aktif adalah desa dan kelurahan yang penduduknya dapat mengakses dengan mudah pelayanan kesehatan dasar yang memberikan pelayanan setiap hari melalui Pos Kesehatan Desa (Poskesdes) atau sarana kesehatan yang ada seperti Pusat Kesehatan Masyarakat Pembantu (Pustu), Puskesmas atau sarana kesehatan lainnya. Penduduknya dapat mengembangkan upaya kesehatan berbasis masyarakat (UKBM) dan melaksanakan surveilans berbasis masyarakat (meliputi pemantauan penyakit, kesehatan ibu dan anak, gizi, lingkungan dan perilaku), kedaruratan kesehatan dan penanggulangan bencana serta penyehatan lingkungan serta menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).

Pada kesempatan tersebut, Menkes mengharapkan kepada para Gubernur untuk Mengembangkan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif di daerah masing-masing untuk mempercepat tercapainya masyarakat sehat yang mandiri dan berkeadilan.

Berita ini disiarkan oleh Pusat Komunikasi Publik, Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi melalui nomor telepon : 021-52907416-9, faks : 52921669, Call Center : 021-500567, atau alamat e-mail : puskom.publik@yahoo.co.idThis e-mail address is being protected from spambots. You need JavaScript enabled to view it , info@ depkes.go.id, dan kontak@ depkes.go.id.

Minggu, 23 Januari 2011

Nikotin Hanya Perlu 7 Detik Berjalan dari Paru-paru ke Otak

Nikotin merupakan salah satu zat yang dilepaskan ketika seseorang merokok. Ternyata waktu yang dibutuhkan oleh nikotin untuk berjalan dari paru-paru ke otak hanya selama 7 detik saja.

Salah satu obat yang paling banyak disalahgunakan penggunaannya adalah nikotin, yaitu bisa berasal dari merokok atau mengunyah tembakau. Selain itu nikotin juga termasuk salah satu zat yang paling adiktif dibandingkan dengan obat-obatan lain.

Seperti dikutip dari BBCNews, Rabu (8/12/2010) perjalanan nikotin dari paru-paru ke otak terbilang sangat cepat yaitu hanya 7 detik saja. Setelah sampai di otak nikotin akan merangsang pelepasan dopamin, yaitu suatu neurotransmitter penting yang terlibat dalam suasana hati (mood), selera makan dan fungsi otak lainnya.

Ketika seseorang merokok, maka nikotin akan masuk dan mulai menumpuk di dalam tubuh. Lama kelamaan seseorang akan terbiasa dengan nikotin dan jika ia tidak mendapatkan jumlah yang sama maka tubuh akan meminta lebih. Dan biasanya jumlah nikotin yang masuk akan semakin besar atau meningkat.

Pengguna nikotin bisa dengan cepat menjadi ketergantungan, karena hanya dibutuhkan sedikit rokok untuk bisa membuat seseorang memiliki kecanduan. Jika seseorang tiba-tiba berhenti merokok, maka ia akan mengalami efek balikan (withdrawal effect) seperti cemas dan perubahan suasana hati.

Salah satu hal yang tak bisa dipungkiri adalah kecanduan nikotin biasanya dimulai sejak seseorang mencoba-coba atau bereksperimen dengan rokok selama setahun. Dalam banyak kasus kondisi ini terkadang sudah dimulai sejak seseorang masih bersekolah atau berusia 13-14 tahun.

Sebagai obat murni, nikotin hanya memiliki sedikit efek buruk bagi kesehatan fisik seseorang. Tapi zat-zat kimia lain yang terdapat di dalam rokok dan bergabung dengan nikotin inilah yang bisa menimbulkan banyak kerusakan bagi tubuh. Karena ketika sebuah rokok dibakar dan dihisap, maka ada ratusan senyawa kimia yang dihasilkan dan berisiko besar terhadap kesehatan.

Nikotin awalnya ditemukan oleh duta besar Prancis, Jean Nicot pada pertengahan abad XIV. Saat itu masyarakat mempercayai nikotin sebagai obat. Setengah abad kemudian baru diketahui bahaya dari nikotin bagi tubuh, namun hanya beberapa orang saja yang mampu berkata tidak terhadap nikotin.

source: detikhealth

Rabu, 12 Januari 2011

PEMBANGUNAN KESEHATAN BERGESER DARI MEDICAL CARE KE HEALTH CARE

Hal yang mendasar dalam pembangunan kesehatan saat ini adalah pergeseran dari pelayanan medis (medical care) ke pemeliharaan kesehatan (health care) sehingga setiap upaya penanggulangan masalah kesehatan lebih menonjolkan aspek peningkatan (promotive) dan pencegahan (preventive); pergeseran dari pemerintah ke swasta dan penekanan pada aspek mutu pelayanan.
Hal tersebut disampaikan Menteri Kesehatan, dr. Endang Rahayu Sedyaningsih, MPH, Dr.PH yang dibacakan oleh Direktur Jenderal Bina Pelayanan Medik, dr. Supriyantoro, Sp.P, MARS pada Peringatan HUT ke- 51 Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Sanglah Denpasar, Kamis 30 Desember 2010. Dalam acara tersebut juga hadir Kepala Pusat Komunikasi Publik, drg. Tritarayati, SH.

”Tantangan dan permasalahan pembangunan kesehatan kedepan bertambah berat, kompleks, bahkan terkadang tidak terduga. Beberapa isu pelayanan kesehatan yang terangkat dan telah membentuk pola pikir masyarakat adalah fasilitas pelayanan kesehatan rujukan yang belum memenuhi standar, pelayanan yang kurang profesional, belum optimalnya penerapan standar mutu pelayanan kesehatan rujukan, dan pembiayaan kesehatan yang sulit dijangkau”, ujar Menkes.

Sedangkan, tantangan pelayanan kesehatan kedepan adalah globalisasi (pelayanan kesehatan yang melampaui batas negara), teknologi kesehatan yang semakin maju, dan kompetisi dari tenaga kesehatan asing. Untuk mengatasi hal itu harus diupayakan melalui pemenuhan kualitas dan kuantitas SDM Rumah Sakit yang memadai.

Waspada Jantung Sejak Remaja

Meski saat usia paruh baya atau bisa jadi lebih tua penyakit jantung koroner (PJK) menyerang seseorang, sejak usia dini tepatnya saat remaja kita harus waspada. Karena ternyata tak hanya pola hidup tak sehat saja yang menyebabkannya, melainkan juga faktor genetik.

"Memang pasien PJK karena faktor genetik jarang ditemui," kata Dr. Pauline Endang Praptini M.S spesialis gizi klinis dari R.S. Fatmawati Jakarta, Jumat (22/5). Meski begitu, bukan berarti kita tidak mengindahkannya. Jika ada salah satu anggota keluarga yang terkena penyakit ini maka kemungkinan keturunannya juga terkena. "Namun untuk prevalensinya belum diketahui," katanya.

Risiko PJK termasuk tinggi bila kita mengidap kolesterol tinggi, diabetes, hipertensi, kegemukan, dan gemar merokok. "Kemungkinan seseorang terkena PJK semakin tinggi ketika ia tidak hanya memiliki satu faktor risiko. Misalnya, seseorang sudah obesitas masih merokok pula. Ini sangat berbahaya," tutur Pauline.

Karena itu perhatikan agar pola hidup tak sehat seperti gemar mengonsumsi makanan berlemak tinggi seperti jeroan, terutama yang berasal dari hewan berkaki empat, mengonsumsi lemak jenuh seperti terdapat dalam santan kental dan makanan yang digoreng dengan minyak sayur jelantah, konsumsi mentega yang tergolong lemak trans ini dan segera hentikan .

9 Kebiasaan Menyegarkan Otak

Latih otak dengan cara sederhana berikut ini untuk pertajam daya ingat.
Rasa jenuh dengan aktivitas sama setiap harinya dapat menimbulkan depresi. Kebosanan ini juga bisa membuat otak Anda merasa 'kurang tertantang'. Jika Anda sering mengalami hal ini, jangan diam saja. Lakukan latihan berikut ini yang bisa membuat Anda seperti memiliki otak 'baru'.

Dorothea Brande, penulis dan editor asal Amerika Serikat yang terkenal dengan bukunya "Wake Up and Live and Becoming a Writer", menyarankan beberapa latihan mental untuk membuat pikiran Anda jadi lebih tajam. Latihan-latihan dimaksudkan untuk menarik Anda keluar dari kebiasaan dan rutinitas, memberikan Anda perspektif berbeda, serta menempatkan Anda dalam situasi yang membutuhkan akal serta kreativitas dalam memecahkan masalah.

Brande percaya, hanya dengan melakukan pengujian dan peregangan sendiri Anda mengembangkan kekuatan mental. Berikut sembilan latihan yang disarankan oleh Brande yang bisa Anda coba, seperti dikutip dari Divine Caroline.

1. Habiskan satu jam setiap harinya dengan tidak berkata apa-apa. Kecuali, untuk menjawab pertanyaan secara langsung, di tengah-tengah kelompok, tanpa menimbulkan kesan bahwa Anda merajuk atau sakit. Cobalah bersikap sebiasa mungkin.

2. Berpikirlan selama 30 menit setiap hari tentang satu subjek. Mulailah dengan berpikir dalam lima menit jika 30 menit terlalu lama.

3. Berbicaralah selama 15 menit per hari tanpa menggunakan kata "Aku", "Saya", dan  "Milik saya".

4. Cobalah untuk diam di tengah keramaian

5. Lakukan kontak dengan orang baru dan biarkan ia menceritakan banyak hal soal dirinya tanpa ia menyadari.

6. Ceritakan secara eksklusif tentang diri sendiri dan kesenangan Anda tanpa mengeluh, membual atau membuat bosan teman Anda.

7. Buat rencana selama dua jam per hari dan lakukan rencana itu dengan konsekuen.

8. Buatlah 12 kegiatan yang dilakukan secara acak dan spontan. Misalnya, sepulang mendatangi tempat makan yang belum pernah dikunjungi sebelumnya lalu pulang bukan dengan naik taksi tetapi ojek. Atau, biasanya pada pagi hari Anda minum kopi, minumlah air putih atau jus. Usahakan kegiatan tersebut berbeda dari rutinitas Anda.

9. Dari waktu ke waktu, luangkan setiap harinya menjawab "Ya" untuk setiap permintaan orang lain, tapi tentunya yang masuk akal.
• VIVAnews